MOMALIA SATU

Sejarah Desa

Cerita yang turun temurun dari generasi ke generasi mengisahkan bagaimana terbentuknya desa momalia pada waktu itu. Konon cerita orang tua-tua bahwa pada waktu ada sekelompak orang yang berasal dari daerah Gorontalo yang berlayar menggunakan rakit yang terbuat dari bambu air (WAWOHU) dan kelompok lain menggunakan perahu kecil (UTAEYA), bahasa Gorontalo asli, dengan tujuan mengembara mencari nafkah dan para juragan dengan tujan mencari musuh, karena pada waktu ada 3 suku yang terkenal dengan menggunakan perahu dan bersenjatakan panah sebagai pembunuh manusia apabila bertemu. Ketiga suku itu adalah, suku TOBELO, LOLODA, MANGGINANO.
Sekelompak orang tersebut berlayar menyusuri tepian pantai selatan menuju arah timur dengan berbulan-bulan lamanya dan melewati beberapa tempat yang diberi nama sesuai dengan keadaan pada waktu itu yakni “LITO” berasal dari bahasa Gorontalo yang berarti satu teluk kecil yang tersembunyi dan sunyi tanpa penduduk dan ditumbuhi kayu-kayuan.
Suatu ketika ditengah perjalanan, kendaraan (UTAEYA) mereka diterpai badai dan topan sehingga mereka tidak dapat melanjutkan pelayaran mereka, maka perahu dan rakit yang mereka tumpangi mereka rapatkan disuatu tempat yang bukan tujuan mereka. Ditempat itulah mereka berlindung dan selanjutnya mereka membuat dan mendirikan pondok-pondok kecil / lulungo / wombohe berasal dari bahasa Gorontalo. Dan dipondok kecil ini mereka bermukim berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya sehinggah lama-kelamaan pondok-pondok ini bertambah dan orang semakin bertambah datang dari pesisir Gorontalo dengan menggunakan bahasa Gorontalo dan Suwawa (BUNE). Kemudian mereka bermukim dipantai selatan ini tanpa batas waktu. Selanjutnya mereka membuat suatu pertemuan (rapat) dengan bahasa daerah LOBOIDU, dengan maksud untuk membentuk sebuah kampung dan mencari nama kampung tersebut. Rapat tersebut dipimpin oleh dua orang juragan (TAUWA) yang bernama KONOO HULOPI dan TALENGA dan kedua juragan ini berasal dari Pinogu dan Suwawa. Maka pada saat itu, sebuah kampung sudah terbentuk dan mereka mencari nama kampung tersebut. Diantara kedua juragan tersebut telah teringat pada saat mereka diterpa badai dan topan, pernah mampir disebuah muara sungai dan kebetulan sungai tersebut terdiri dari dua cabang yakni cabang kecil di sebelah barat dan cabang besar di sebelah timur. Pada dua cabang sungai ini mereka memperbaharui atau mengganti rakit dan perahu kecil yang rusak diterpa badai. Maka dua orang juragan (TAUWA) mengatur anggota untuk melaksanakan kegiatan memperbaiki rakit dan perahu tersebut dengan ketentuan perahu diperbaiki di cabang sungai kecil dan rakit diganti di cabang sungai besar. Sehingga sampai dengan saat ini sungai cabang kecil dikenal sebagai Sungai Momalia Kiki yang ada disebelah Barat dan sungai cabang besar berada di sebelah Timur itulah sungai Momalia. Maka oleh juragan mereka pada saat itu terciptalah nama kampung. Diambil dari penggantian rakit (PILOMALIA) yang artinya Penggantian. Maka setelah pada tahun 1901 saat Suap Raja terbentuk bahwa nama Desa ini diperbaiki menjadi MOMALIA dan setelah resmi nama Desa, oleh Raja Van Gobel diangkatlah seorang Kepala Desa (sebutan pada waktu itu adalah Sangadi) dan dibawah pimpinan oleh Kepala Distrik Bolaang Uki yang berkedudukan di Molibagu, selanjutnya diangkat seorang Sangadi yang bernama TEMEY AMINA yang berkedudukan di Pilolahunga. Sangadi Temey Amina hanya menjabat 1,5 tahun dan setelah meningal dunia diganti oleh TEMEY AHAMA GOBEL yang berasal dari Toluwaya sampai dengan tahun 1918 dan Desa masih berkedudukan di Pilolahunga.n
Pada tahun 1918, Desa dipindahkan ke Momalia Kiki, karena di Pilolahunga selalu dilanda banjir dan kampung itu berada di tepi sungai besar. Kemudian diangkat lagi seorang Sangadi yang bernama ABIYALU OINTU yang berasal dari Ipilo Gorontalo dan bermukim di Toluwaya. Beliau menjabat menjadi Sangadi sampai tahun 1937. Pada tahun 1938, kampung dipindahkan ke suatu tempat yang bernama Datahu, dan yang menjadi Sangadi adalah TEMEY DORES GOBEL yang berasal dari Molibagu dan berkedudukan di Molibagu. Yang menjadi pembantu untuk menjalankan tugas pemerintahan, diangkatlah seorang juru tulis yang bernama TEMEY DJUMERA MAKSUM dan probis yang bernama BA TUWAWU HULOPI. Dan Sangadi ini hanya menjabat selama 1 tahun dan selanjutnya digantikan oleh TEMEY HULAWA GOBEL sampai tahun 1940.
Selanjutnya pada tahun 1941 s/d 1942 Sangadi dijabat oleh MADJANU OINTU. Kemudian diganti oleh M.A. OINTU sampai tahun 1943. Pada tahun 1943 s/d 1945, Sangadi dijabat oleh DUNI GEBEL, yang berkedudukan di Molibagu. Pada tahun 1945 s/d 1947, Sangadi dijabat oleh TEMEY URIANI KADULLAH, yang berasal dari Desa Duminanga. Kemudian pada tahun 191947 s/d 1949, Sangadi dijabat oleh TEMEY MARAA yang berasal dari Desa Tangaga. Selanjutnya pada tahun 1949 s/d 1955, Sangadi dijabat oleh A. LAMUSU yang berasal dari Bilungala. Kemudian pada tahun 1955 s/d 1970, Sangadi dijabat oleh M.A. PAKAYA yang berasal dari Desa Talaga Gorontalo yang kebetulan sedang berdomisili di Bolaang Uki dan sudah bertahun-tahun mendirikan partai PSII. Selanjutnya pada tahun 1970 s/d Desember 1974, Sangadi dijabat oleh DP. MOKOAGOW, kemudian tahun 1975 s/d 2000, Sangadi dijabat oleh DJ.B. OINTU. Dan pada tahun 2000 s/d 2006, sangadi dijabat oleh ADRIAN BOTUTIHE. Kemudian sekarang pada tahun 2007 s/d sekarang (2011) Sangadi dijabat oleh ZULKARNAIN KAMARU,S.Ag.

Popular posts from this blog

TOLONDADU SATU

SEJARAH SINGKAT DESA DUDEPO

Dibalik Rahasia Trader Swinger